soal essay tentang makkiyah dan madaniyah

50Soal + Kunci Jawaban BTQ Untuk Lomba Mapsi SD/MI Terbaru 2017, SD Negeri Tambaharjo, 50 Soal + Kunci Jawaban BTQ Untuk Lomba Mapsi SD/MI Terbaru 2017 Makkiyah c. Hijaiyah. b. Madaniyah ‘ain sukun - lam fathah - mim dzumah - wau sukun - nun fathah. Bila ditulis dengan huruf hijaiyah bersambung menjadi. a. answerchoices. mempercayai dan mengamalkan semua isi kitab Allah Swt. percaya bahwa kitab-kitab itu betul-betul dari Allah Swt. percaya dan mengamalkan semua kitab-kitab yang ada. menganggap bahwa al-Qur’ān saja yang perlu dipercayai.

mempercayai dan mengamalkan semua isi kitab Allah Swt.

. KEGAGALANPASAR A. Pendahuluan Pada umumnya keberadaan pemerintah memiliki pengaruh perekononomian pada tingkat yang berbeda-beda. Ada pemerintahan yang mengatur perekonomian secara ketat atau intensif dan ada pula yang membatasi sebagai pendukung saja dalam suatu perekonomian. Adapunkunci jawaban soal sudah kami sediakan di bagian bawah artikel Soal PAI dan Budi Pekerti Pilihan Ganda 1. Surah Al-Fiil merupakan surah ke dalam Al-Qur’an. a. 105 c. 107 b. 106 d. 108 2. Surah Al-Fiil terdiri dari ayat. a. 4 c. 6 b. 5 d. 7 3. Surah Al-Fiil tergolong Surah a. Madaniyah c. Makkiyah b. Hijaiyah d. Makkiyah dan Madaniyah 4. a makkiyah b. madaniyah c. israiliyat d. pendek e. panjang Jawaban: a soal dan jawaban tentang asmaul husna kelas 10; bank soal agama islam sma dan kunci jawaban; soal agama islam sma dan jawabannya; soal essay agama islam kelas 10 beserta jawabannya semester 1 pdf 2018,2019,2020,2021,2022. Facebook; Kirim Pesan; Berbagi : Pourquoi Les Sites De Rencontres Sont Payants. Ketika seseorang bertanya bagaimanakah sumbangsih para sahabat terhadap Al-Qur’an. Tentu dengan mudah kita menjawab dengan bukti adanya pembukuan Al-Qur’an di masa pemerintahan Utsman bin Affan. Selain itu, adanya data terperinci mengenai sebab turunnya Al-Qur’an hingga pengelompokan Makkiyah dan Madaniyah adalah bukti perhatian para sahabat kepada Al-Qur’an. Mengenai metode pengelompokan Makkiyah dan Madaniyah dari setiap Surat Al-Qur’an tentu kita harus merujuk kepada penuturan para sahabat. Hal ini dikarenakan para sahabat adalah saksi hidup dari turunnya setiap ayat dalam Al-Qur’an sebagaimana ungkapan sahabat Ibnu Mas’ud عن عبد الله بن مسعود قال والله الذي لا إله غيره ما أنزلت سورة من كتاب الله إلا أنا أعلم أين أنزلت ولا أنزلت آية من كتاب الله إلا أنا أعلم فيما أنزلت ولو أعلم أحدا أعلم مني بكتاب الله تبلغه الإبل لركبت إليه Diceritakan dari Abdullah bin Mas’ud, beliau berkata “Demi Allah, Dzat yang tidak ada tuhan selain Dia, tidak ada satupun surat dari kitabullah Al-Qur’an kecuali aku mengetahui di mana surat tersebut diturunkan, dan tidak diturunkan satu ayat dari kitabullah kecuali aku mengetahui dalam masalah apa sebab diturunkan. Seandainya ada seseorang yang lebih mengetahui Al-Qur’an lebih dariku dan ia dapat didatangi dengan mengendarai unta niscaya aku akan mendatanginya” HR al-Bukhari. Dalam pengelompokan surat Makkiyah dan Madaniyah, para ulama melihat dari segi hukum mayoritas ayat yang terkandung di dalamnya. Maka, yang dinamakan surat Makkiyah adalah surat yang kebanyakan atau seluruh ayatnya dihukumi Makkiyah. Begitu juga sebaliknya, yang dinamakan surat Madaniyah adalah surat yang kebanyakan atau seluruh ayatnya dihukumi Madaniyah. Hal ini dikarenakan ada sebagian surat yang dihukumi Makkiyah meskipun sebagian ayat di dalamnya dihukumi ayat Madaniyah. Begitu juga sebaliknya, ada sebagian surat yang dihukumi Madaniyah meskipun sebagian ayat di dalamnya dihukumi ayat Makkiyah. Lantas dalam hal ini, para ulama menetapkan ada tiga metode untuk menentukan ayat Makkiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur’an berdasarkan riwayat para sahabat, yaitu Pertama, memakai acuan waktu sebagai penanda Makkiyah dan Madaniyah. Sebagian ulama mengartikan Makkiyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkan sebelum Nabi hijrah dan menetap di kota Madinah. Sedangkan Madaniyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkan setelah Nabi hijrah dan menetap di kota Madinah. Pendapat ini diusung oleh Yahya bin Salam at-Tamimi w. 200 H, seorang ulama pakar Al-Qur’an dari kota Bashrah yang berguru kepada lebih dari 20 ulama tabi’in. أخرج عثمان بن سعيد الرازي بسنده إلى يحيى بن سلام، قال ما نزل بمكة وما نزل في طرق المدينة قبل أن يبلغ النبي المدني فهو من المكي “Diceritakan oleh Utsman bin Sa’id ar-Razi bahwa Yahya bin Salam mengatakan ”Setiap ayat yang turun di kota Makkah ataupun yang turun di jalan-jalan di sekitar kota Madinah sebelum hijrahnya Nabi ke kota Madinah, maka ia termasuk dari Makkiyah”. Syekh Abdul Wahab Ghazlan, Fahm Judzr al-Bayan, Kairo Maktabah al-Aiman, 2018, Dari pendapat ini, syekh Abdul Wahhab Ghazlan mengelompokkan ayat yang turun selama Nabi dalam perjalanan hijrah menuju kota Madinah sebagai ayat Makkiyah. Karena ketika itu Nabi belum sampai dan menetap di kota Madinah. Begitu juga, beliau mengelompokkan ayat yang turun ketika pembebasan kota Makkah dan haji wada’ sebagai ayat Madaniyah meskipun diturunkan di daerah kota Makkah. Karena ketika itu Nabi telah hijrah dan menetap di kota Madinah. Kedua, memakai acuan tempat sebagai penanda Makkiyah dan Madaniyah. Sebagian ulama mengartikan Makkiyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkankan di kota Makkah dan daerah di sekitarnya seperti dataran Arafah, dataran Mina dan desa Hudaibiyah. Sedangkan Madaniyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkan di kota Madinah dan daerah sekitarnya seperti daerah Badar, gunung Uhud, dan gunung Sil’ah Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an, Kairo Haiah al-Mishriyyah al-Ammah, 1974, hal. 37. Dari pendapat ini, sebagian ulama mengelompokkan ayat yang turun di daerah Mina sebagai ayat Makkiyah. Hal ini melihat dari letak geografis tanah Mina yang lebih dekat dengan kota Makkah. Begitu juga ayat yang turun di sekitar gunung Uhud sebagai ayat Madaniyah. Hal ini melihat letak geografis gunung Uhud yang lebih dekat dengan kota Madinah. Ketiga, memakai acuan kata tunjuk dalam ayat sebagai penanda Makkiyah dan Madaniyah. Sebagian ulama mengartikan Makkiyah adalah surat Al-Qur’an yang di dalamnya ada ayat yang diawali dengan kalimat “Wahai manusia..”. Sedangkan Madaniyah adalah surat Al-Qur’an yang di dalamnya ada ayat yang diawali dengan kalimat “Wahai orang-orang beriman..”. Pendapat ini bersumber dari penuturan sahabat Abdullah bin Mas’ud عن ابن مسعود قال كل شيء نزل فيه يا أيها الناس فهو بمكة، وكل شيء نزل فيه يا أيها الذين آمنوا فهو بالمدينة Diriwayatan dari Ibnu Mas’ud, beliau berkata “Setiap surat Al-Qur’an yang diturunkan dan di dalamnya terdapat perintah “Wahai manusia..” maka termasuk Makkiyah. Sedangkan setiap surat Al-Qur’an yang diturunkan dan di dalamnya terdapat perintah “Wahai orang-orang beriman..” maka termasuk Madaniyah. Pendapat ini menegaskan bahwa mayoritas penduduk kota Makkah sebelum Nabi hijrah adalah orang-orang musyrik. Oleh karena itu Al-Qur’an memperingatkan mereka dengan kalimat “Wahai manusia…” Sedangkan mayoritas penduduk kota Madinah setelah Nabi hijrah adalah orang-orang beriman oleh karena itu Al-Qur’an memperingatkan mereka dengan kalimat “Wahai orang-orang beriman...” Mayoritas ulama Al-Qur’an termasuk Imam Suyuthi, Imam Zarkasyi, dan selainnya memilih pendapat pertama sebagai definisi Makkiyah dan Madaniyah yang paling tepat. Hal ini dikarenakan pendapat pertama dapat membatasi Makkiyah dan Madaniyah secara menyeluruh. Sedangkan pendapat kedua dinyatakan lemah karena tidak dapat mengakomodasi ayat yang diturunkan jauh dari kota Makkah dan Madinah. Misal contoh QS Al-Isra’ ayat pertama yang diturunkan di Baitul Maqdis ketika Nabi melaksanakan Isra’ dan Mi’raj. Sebagaimana dalam hadits disebutkan عن أبي أمامة، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أنزل القرآن في ثلاثة أمكنة بمكة، والمدينة، والشام “Diceritakan dari Abu Umamah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, Al-Qur’an diturunkan di tiga tempat, yaitu, Makkah, Madinah, dan Syam Baitul Maqdis’,” HR at-Thabrani. Begitu juga pendapat ketiga dinyatakan lemah karena tidak dapat mengakomodasi surat Al-Qur’an yang di dalamnya tidak terdapat kalimat “Wahai manusia..” maupun kalimat “Wahai orang-orang beriman”. Misal contoh surat Asy-Syams dan sebagian besar surat-surat pendek dalam juz 30. Muhammad Tholhah al Fayyadl, Mahasiswa jurusan Ushuluddin Universitas al-Azhar Mesir, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo Alquran merupakan pedoman hidup seluruh umat Muslim hingga akhir zaman. Allah Ta’ala menurunkan Alquran melalui Nabi Muhammad SAW secara bertahap dengan tujuan untuk memudahkan manusia dalam membaca dan SWT berfirman, yang artinya “Dan Alquran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian” QS. Al Israa` 106.Karena hal inilah para ulama membagi ayat Alquran menjadi dua macam, yaitu ayat makkiyah dan madaniyah. Mengutip buku Pengantar Studi Al-Qur'an oleh Abdul Hamid, ayat makkiyah berarti ayat yang diturunkan di Makkah, sedangkan madaniyah merupakan ayat yang turun di lebih paham, simak perbedaan dan contoh ayat makkiyyah dan madaniyah selengkapnya dalam artikel di bawah Ayat Makkiyah dan MadaniyahMerujuk buku Ulumul Quran Telaah tekstualitas dan Kontekstualitas Alquran oleh Drs. Ahmad Izzan, ayat yang turun di Makkah sebelum hijrah Makkiyah dan yang turun di Madinah sesudah hijrah Madaniyyah mempunyai konteks, baik dari sisi psikososial maupun sosiantropologis, yang seperti masyarakat Makkah yang sangat menolak, masyarakat Madinah justru menerima risalah dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Karena itu, kedua kelompok ayat tersebut mempunyai beberapa perbedaan yang sangat khusus, yaitu sebagai berikutAyat dan surat Makkiyah umumnya pendek-pendek, sedangkan ayat dan surat Madaniyah umumnya dan surat Makkiyah umumnya dimulai dengan sapaan ya ayyuhannas hai sekalian manusia, sedangkan ayat dan surat Madaniyyah dimulai oleh ungkapan ya ayyuha al-aladzina amanii hai orang-orang yang beriman.Ayat dan surat Makkiyah umumnya berbicara tentang ketauhidan iman, sedangkan ayat dan surat Madaniyyah umumnya berbicara tentang sosial-kemasyarakatan dan surat yang di dalamnya mengandung ayat sajdah berarti termasuk Makkiyah, sedangkan setiap surat yang mengandung kata kalla jangan begitu adalah yang mengandung kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu, kecuali surat Al-Baqarah, adalah surat yang didahului oleh huruf-huruf muqaththa'ah, kecuali surat Al-Baqarah dan Ali Imran, adalah Makkiyah; sedangkan surat Ar-Ra'd masih diperselisihkan oleh ulama Ayat Makkiyah dan MadaniyahDijelaskan dalam buku Ulumul Qur’an Prinsip-Prinsip dalam Pengkajian Ilmu Tafsir Al-Qur’an oleh Badrudin, sebenarnya tidak mudah mengidentifikasikan ayat makkiyah dan madaniyyah dalam Alquran. Namun, para ulama tafsir berusaha mengidentifikasinya menjadi dua acara, yaitu 1 memperoleh informasi dari para sahabat nabi tentang turunnya ayat-ayat dalam Alquran; dan 2 memperhatikan ciri-ciri ayat makkiyah dan ini beberapa contoh ayat makkiyah dan madaniyyah dalam Alquran seperti yang dinukil dari buku Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an oleh Syaikh Manna السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُArtinya “Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.” QS. Al Qamar 1.يٰٓاَيُّهَا الْمُدَّثِّرُۙ Artinya "Wahai orang yang berkemul berselimut." QS. Al Mudassir 1.يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ ۚ أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ الْأَنْعَامِ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ ۗ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُArtinya “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagi kalian binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepada kalian. Yang demikian itu dengan tidak menghalalkan berburu ketika kalian sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” QS. Al Maidah 1.۞ قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَاِيَّاهُمْ ۚوَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَۚ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَArtinya “Katakanlah Muhammad, “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.” QS. Al An’am 151. Connection timed out Error code 522 2023-06-16 150515 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d83f26f2a840e70 • Your IP • Performance & security by Cloudflare Al-Qur’an adalah pedoman hidup yang wajib diketahui setiap muslim untuk menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sekadar mengetahui dan menghafalnya saja tidak cukup, kita juga harus dapat memahami isinya secara komprehensif. Bagi para sahabat yang hidup di masa Rasul, memahami Al-Qur’an terbilang lebih mudah. Selain karena bahasa yang digunakan adalah bahasa ibu mereka, Rasulullah masih ada untuk menjelaskan dan mengoreksi pemahaman mereka. Ketika agama Islam telah berkembang dan dianut oleh masyarakat di luar jazirah Arab, maka upaya memahami Al-Qur’an melahirkan berbagai disiplin ilmu. Seperti ilmu tafsir, ilmu qiroah, dan seterusnya. Salah satu ilmu yang perlu dipelajari untuk memahami Al-Qur’an adalah ilmu tentang ayat Makkiyah dan Madaniyah. Pemahaman tentang hal ini penting karena memberikan dampak pada penafsiran kandungan Al-Qur’an. Apa Itu Konsep Makkiyah dan Madaniyah? Nama Makkiyah dan Madaniyah diambil dari kata Makkah dan Madinah. Makkah sebagai tempat Rasulullah dinobatkan sebagai utusan-Nya dan tempat beliau berinteraksi dengan kaum Quraisy, serta Madinah sebagai tempat Rasulullah berhijrah. Ayat-ayat Makkiyah diturunkan lebih awal daripada ayat-ayat Madaniyah. Metode Makkiyah dan Madaniyah ini akan sangat relevan apabila dihubungkan dengan perjalanan dakwah Nabi yang berlangsung selama 23 tahun. 13 tahun pertama berada di Makkah, dan 10 tahun terakhir berada di Madinah. Kedua kata ini ditambahkan dengan “iyah” sebagai sebutan penisbahan. Fungsi dari nisbah yang juga bisa disebut sebagai atribut ini adalah untuk menerangkan secara spesifik tempat tersebut. Konsep Makkiyah dan Madaniyah digunakan untuk memberikan pemahaman tentang kronologi latar belakang ayat. Manakah ayat yang turun lebih dahulu, dan mana yang lebih belakangan. Ini terkait dengan konsep nasikh dan mansukh dalam Al-Qur’an, mana ayat yang menghapus dan mana ayat yang dihapus. Ciri-Ciri Surat Makkiyah Makkiyah cenderung bersifat qasir pendek, seperti surat al-Alaq, al-Muzammil, al-Mudatsir, dan lain-lain. Sedangkan Madaniyah bersifat tiwal panjang, seperti al-Baqarah, al-Maidah, dan seterusnya. Pada ayat-ayat Makkiyah, kita dapat menemukan lafal kalla ingatlah. dan surat-surat yang diawali dengan huruf tahajji alfabet hijaiyah. Huruf tahajji adalah yang mana maknanya tidak bisa diketahui, wallahu alam, Allah lebih tahu terhadap maksud dan tujuannya. Contohnya seperti pada surat Qaf “qaf”, Maryam “kaf ha ya ain shod”, al-Baqarah “alif lam mim”, Luqman “alif lam mim”, dan masih banyak lagi. Dalam surat Makkiyah juga terdapat ayat-ayat sajdah, ayat yang mana kita disunnahkan untuk bersujud tilawah setelah melantunkannya. Surat yang banyak mengandung kisah para nabi dan umat-umat terdahulu juga relatif dikategorikan sebagai bagian dari Makkiyah. Dakwah Rasulullah di Makkah juga lebih melingkupi aspek tauhid, akidah, dan penanaman akhlak mulia, meski ada pula ibadah yang diperintahkan pada saat di Makkah. Sehingga, ayat Makkiyah lebih banyak berbicara tentang hal-hal tersebut. Karena masyarakat yang dihadapi oleh Rasulullah pada saat itu adalah kaum Musyrikin di Makkah, ayat Makkiyah pada umumnya menggunakan kata “yaa ayyuhannaas”. Sebagai contoh, Juz 30 didominasi dengan surat-surat Makkiyah. Alasannya dikarenakan mayoritas suratnya yang bersifat qasir dan penurunan ayatnya yang terjadi di Makkah. Surat Makkiyah juga banyak menceritakan tentang kemusyrikan serta adat istiadat buruk kaum Quraisy dari segi pengisahan, bukan dari segi hukum. Meskipun begitu, tidak semua surat dalam Al-Qur’an adalah mutlak Makkiyah sepenuhnya, maupun sebaliknya. Ada pula surat seperti al-Hajj, surat Madaniyah yang mengandung sejumlah ayat Makkiyah. Ciri-Ciri Surat Madaniyah Sementara itu, dakwah Rasulullah ketika di Madinah lebih menekankan pada aspek muamalah dan pembangunan peradaban, juga membahas hubungan horizontal antara sesama manusia. Ibadah-ibadah yang lebih kompleks seperti salat Jum’at, juga diperintahkan di Madinah. Karena yang dihadapi oleh Rasulullah adalah masyarakat muslim, maka ayat-ayatnya biasanya menggunakan kata “yaa ayyuhalladziina aamanu…”. Contohnya seperti surat al-Anfal dan surat An-Nisa. Surat atau ayat Madaniyah juga banyak mengemukakan bukti dan argumentasi secara logis mengenai kebenaran tentang agama berdasarkan logika. Tiga Unsur Perspektif Pembeda Makkiyah dan Madaniyah Terdapat tiga unsur perspektif yang membedakan surat atau ayat Makkiyah dan Madaniyah. Para ulama meninjau ayat-ayat serta surat dan Al-Qur’an, kemudian mengklasifikasikannya sebagai Makkiyah dan Madaniyah, melalui unsur-unsur berikut. Pertama, tinjauan dari segi waktu. Makkiyah merupakan surat atau ayat yang turun sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Sedangkan Madaniyah sebaliknya, ia mengkategorikan surat atau ayat yang turun setelah Nabi hijrah ke Madinah. Kedua, tinjauan dari segi tempat. Seperti namanya, Makkiyah mencakup surat atau ayat yang diturunkan di kota Makkah. Dan Madaniyah mencakup surat atau ayat yang diturunkan di kota Madinah. Ketiga, tinjauan dari segi khitob. Khitob adalah sasaran atau tujuan. Dalam kasus ini, khitob yang dimaksud adalah ke penduduk mana ayat atau surat ini diturunkan. Di Makkah, atau di Madinah? [] Apa manfaat setelah kita mengetahui tiga pendapat ulama ahli Ilmu Al-Qur’an tentang kategorisasi ayat Makkiyyah dan Madaniyyah? Informasi terkait pendapat yang populer, ideal, tidak problematik, dan dapat diterima secara ilmiah dari segi waktu penurunan ayat sangat penting. Dalam konteks ini minimal ada tiga faedah yang didapatkan. Faedah pertama, untuk membedakan ayat yang menasikh dan ayat yang dinasakh. Mana ayat yang hukumnya menghilangkan hukum dalam ayat lain dan mana ayat yang hukumnya dihilangkan dengan ayat lain. Dengan kata lain, informasi itu penting ketika dijumpai dua atau beberapa ayat Al-Qur’an dalam satu tema. Sementara hukum dalam salah satu atau beberapa ayat tersebut berbeda dengan hukum yang ada di ayat lainnya, lalu diketahui mana ayat yang termasuk kategori Makkiyyah dan mana yang Madaniyyah. Sebab ulama ahli Ilmu Al-Qur'an mempunyai prinsip hukum, bahwa ayat-ayat Madaniyyah menasakh ayat-ayat Makkiyah karena memandang bahwa ayat Madaniyyah turun lebih akhir daripada ayat Makkiyyah. Muhammad Abdul Azhim Az-Zarqani, Manahilul Irfan fi Ulumil Qur’an, [Kairo, Isa Al-Babi Al-Halabi wa Syirkah tanpa tahun], juz I, halaman 94 dan juz II, halaman 176. Dalam konteks ini pakar tafsir Al-Qur’an asal Kota Baghdad, Al-Imam Al-Muqri w. 410 H/1019 M dalam karyanya An-Nashikh wal Mansukh fil Qur’an menjelaskan وَنُزُولُ الْمَنْسُوخِ بِمَكَّةَ كَثِيرٌ وَنُزُولُ النَّاسِخِ بِالْمَدِينَةِ كَثِيرٌ. Artinya, “Turunnya ayat yang dimansukh di Kota Makkah banyak, dan turunnya ayat yang memansukh di kota Madinah juga banyak,” Al-Muqri, An-Nasikh wal Mansukh 30. Faedah kedua, adalah untuk mengetahui secara global tarikh tasyri’ dari suatu hukum dan tahapan-tahapannya yang sarat hikmah. Dari sinilah kemudian akan muncul semangat keislaman dan keimanan yang kuat karena begitu bijaknya syariat Islam dalam mendidik masyarakat, bangsa dan individu-individunya. Pemahaman atas perbedaan kategori antara ayat Makkiyah dan Madaniyyah akan menyadarkan bahwa syariat Islam mengandung berbagai hikmah syariat Islam yang sangat agung. Faedah ketiga, untuk semakin menguatkan kepercayaan atas validitas dan orisinalitas Al-Qur’an yang kita terima dan selalu kita baca hari ini, yang terhindar dari perubahan dan penyelewengan redaksional maupun hukum-hukumnya. Hal itu ditunjukkan dengan begitu perhatiannya umat Islam sepanjang sejarahnya. Terbukti sejak dulu hingga sekarang umat Islam selalu mengkaji Al-Qur’an dari berbagai aspek. Kajian itu mencakup mana ayat Al-Qur’an yang turun sebelum hijrah dan yang turun setelahnya; mana ayat Al-Qur’an yang turun di kota domisili Rasulullah SAW dan mana yang turun dalam perjalanannya; mana ayat yang turun di siang hari dan mana yang turun di malam hari; mana ayat yang turun di musim panas dan mana yang turun di musim dingin; mana ayat yang turun di bumi dan mana yang turun di langit, serta hal-hal lainnya. Bila demikian komprehensifnya kajian Al-Qur’an yang dilakukan oleh umat Islam sepanjang sejarah, maka akal sehat sangat tidak menerima akan adanya orang yang mampu mengubah-ubah dan mempermainkannya. Sebab umat Islam, ulama, selalu menjaga dan mengkajinya dari berbagai aspek secara komprehensif. Az-Zarqani, Manahilul Irfan I/95. Sunnatullah penjagaan umat Islam terhadap Al-Qur’an seperti itu sudah sesuai dengan sunnatullah lainnya yang terekam jelas dalam firman Allah SWT إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ Artinya, “Sungguh Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sungguh Kami benar-benar memeliharanya,” Surat Al-Hijr ayat 9. Walhasil, dengan memahami istilah ayat Makiyyah dan ayat Madaniyyah, kita akan dapat memahami Al-Qur’an secara lebih baik, meningkatkan keimanan, dan kecintaan kita terhadapnya. Semoga. Amīn. Ustadz Ahmad Muntaha AM, Founder AswajaMuda

soal essay tentang makkiyah dan madaniyah